Bulan Juni-Juli yang lalu adalah liburan yang paling berbeda dari tahun-tahun sebelumnya…..karena Lita dan Mbak Tartik datang ke sini . Ini adalah pengalaman pertama mereka ke Jakarta. Awalnya aku ragu….kalo mereka berdua bisa mendarat dengan selamat sampai di sini….bagaimana tidak? karena biasanya naik bis dari Semarang ke Boyolali saja mereka kepayahan….alias mabuk diperjalanan, musti siapin antimo dulu dech….
Tapi memang luar biasa…..pertama, ini seperti sebuah kebetulan yang menyenangkan…karena tetangga Mbak Tartik sekeluarga juga hendak ke Jakarta…jadilah Lita, Mbak Tartik dan tetangganya semuanya berdelapan naik kereta ke Jakarta. Pertama naik kereta, Tawang Jaya….ekonomi pula……murah Cuma Sembilan puluh ribuan gitu dech. Hah….ekonomi…agak heran juga aku…karena pengalamanku selama ini naik kereta bisnis saja serem apalagi ekonomi…..pertama karena lamanya perjalanan. Yang namanya Kereta Bisnis..kalo Kereta Eksekutif lewat maka harus berhenti dulu…kasih jalan biar Kereta Eksekutif lewat…terus bayangin kalo Kereta Ekonomi berarti kalo Kereta Bisnis lewat berhenti dulu, terus begitu pula bila Kereta Eksekutif yang mau lewat…..berhenti juga pastinya. Perjalanan yang normalnya kalo naik eksekutif sekitar 7 jam…bisa molor duech…..ditambah kenyamanan dari ketiga kereta ini sangatlah berbeda. Kadang naik Kereta Eksekutif saja neh….. toiletnya ada yang agak menyeramkan…..apalagi Kereta Bisnis dan Ekonomi….kalo aku, mending menahan minum….biar ngak pipis…..kalo toh kebelet juga ya mendingan tahan dulu saja….ntar tunggu kalo sudah sampai di stasiun baru balas dendam, karena di stasiun jauhhhhhhhh lebih bersih.
Luar biasa yang kedua adalah…mereka sangat enjoy naik kereta ini…cepet katanya, dan
ngak mabuk….apalagi Lita….seneng banget…..ngoceh terus ma anak tetangga..makan terus dan minum terus…..untung ngak pengen ke belakang…..”Lho ke Jakarta naik kereta kok enak, tahu gitu dari dulu tak beraniin nyoba,” begitu kata Mbak Tartik. Kereta dari Semarang berangkat sekitar jam 7 sampai di Jakarta sekitar jam 4 dini hari. Dan Mas Nevy yang kebagian tugas menjemput mereka di Stasiun Senen. Selasa Pagi 30 Juni 2009 mereka mendarat di Jakarta….Welcome To Jakarta!!!!!
Lita dan Mbak Tarti di Jakarta kurang lebih sekitar 2 minggu. Hari pertama agendanya istirahat dulu, memulihkan stamina, baru sore hari kami belanja bulanan ke Carefour Puri Indah, sekalian belanja snack buat jalan-jalan ke Monas besok.
Monas
Monumen Nasional yang terletak di lapangan Monas Jakarta Pusat…..adalah tempat tujuan pertama kami…..kami berangkat sekitar jam 8 pagi.....waduh macet rek.....baru di sekitar Meruya saja sudah macet, tapi ngak papa masih pagi....SEMANGAT!!!!!
Sampai di Monas sekitar jam 9.....langsung beli tiket.....bertiga hanya sekitar Rp 21.000,- Karena musin liburan sekolah, makanya sudah lumayan rame ’Langsung naik dulu ke puncak Monas yuk!’’ begitu ajakanku karena takut ntar antrenya lama....eh bener saja...barusan berdiri beberapa menit kemudian orang-orang yang antre di belakang kami sudah mengular-ular alias panjang, tur anak sekolah.....dan sebagian mereka banyak yang dari luar kota seperti jawa timur, hihi.....ketahuan dari logat mereka, bahkan ada juga yang dari Bali. Setelah sekitar 3 atau 4 kloter tibalah saat kami naik lif ke menara Monas yang tingginya sekitar 132 m.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang Obor perungu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35kg.Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh ke Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat lepas landas (id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional)
Oya…..Tugu ini mulai di bangun Tahun 1959, Oleh Presiden Soekarno di resmikan Pada 17 Agustus 1961 dan resmi di buka untuk Umum pada 12 Juli 1975. Tugu ini adalah Landmark Jakarta, dan tahu ngak? Ternyata bentuk dari Tugu Monas yang sedimikan rupa ternyata mempunyai makna tersendiri lho. Monas sendiri merupakan lambang semangat juang rakyat Indonesia. Tugu Monas terdiri dari Tiga bagian yang penting yaitu pertama adalah Pelataran cawan yang luas mendatar yang menggambarkan simbol dari Lumpang (wadah untuk menumbuk padi yang di desaku biasanya terbuat dari batu besar yang di bentuk mirip cawan dengan cekungan di tengah sebagi tempat menumbuk padi, atau juga menumbuk beras agar menjadi tepung). Kedua, yaitu tugu yang menjulang tinggi yang mensimbolkan Alu yaitu alat penumbuk beras (biasanya terbuat dari kayu),dan Ketiga adalah emas di puncak tugu yang mensimbolkan tekad bangsa indonesia untuk berjuang dan membangun.
Untuk melihat pemandangan tersebut di sediakan 4 buah teropong di setiap sisi dari puncak tugu Monas ini, tinggal memasukan satu coin, kita bisa melihat pemandangan sekitar lima menit. Penukaran coin sendiri dapat dilakukan di atas menara dan harga per coinnya Rp 2.000,-. Lita sangat antusias, dia ke sana ke mari mencoba meneropong. Sayang sekali pagi itu cuaca agak berkabut (dari asap kendaraan bermotor) sehingga menghalangi pemandangan nun jauh di sana, di tambah cuaca yang lumayan menyengat, membuat pemandangan agak terganggu, terutama ke arah utara, laut ancol sama sekali tidak kelihatan. Namun Angin yang berhembus kencang membuat gerah dan panas yang kami rasakan seakan lumer di atas sana.hhmmm............segar !!!!!! J
Puas di puncak Monas, kami bertiga kemudian turun.....karena rame...mau turun juga harus antre neh......sampai ke bawah kami duduk-duduk di sekitar cawan Monas, sambil berbagi air minum dan roti sebelum kami beranjak ke dalam Museum yang terletak di dalam cawan Monas. Didalam Museum yang berukuran 80mX80m dengan tinggi 8m ini terdapat 48 jendela kaca yang menggambarkan diorama perkembangan sejarah Nasional Indonesia dari perang Makasar abad ke 17 sampai dengan proklamasi kemerdekaan, serta referendum Irian Barat pada tahun 1969. Muter-muter di dalam museum ini terasa sejuk, di tambah dengan penerangan yang agak remang remang membuat suasana tambah adem. Waktu itu banyak anak SD yang sedang berkarya wisata. Ada yang mencatat keterangan pada diorama-diorama dan ada pula para pengunjung yang mencoba menggambil foto diorama yang ada.
Kakiku dan Mbak Tartik sudah mulai pegel……tapi Lita masih saja semangat. Sampai akirnya saat untuk pulang....eit bentar...ambil foto-foto dulu ah.....ayo Lit pose yang bagus!!!!!! Lita pun tak kalah pengen mengabadikan tugu Monas ke dalam hp nya.....”Lho, kok ngak bagus hasilnya?” begitu tanya Lita ” lha iya Lit, soalnya ngak muat di potret ma Hpmu”......udah yuk?......Dan di pelataran Monas masih banyak tukang foto yang menjajakan jasanya. Untuk yang lupa bawa kamera boleh neh……..Lita akirnya membeli juga souvenir gantungan kunci tugu Monas, bolehlah 3 buah sepuluh ribu. Akirnya kami pulang, antri sebentar menunggu bis mini yang yang mengantar kami ke dekat tempat parkir....angkutan ini di sediakan khusus untuk mengunjung Monas...gratis pula....lumayan...ngak perlu capek jalan pulang balik dari tempat parkir ke Tugu Monas, apalagi di tengah cuaca terik seperti siang itu.Pulang Nyok????!!!!
0 komentar:
Posting Komentar